MODUL 4
MODUL 4
Kontrol Irigasi Sawah
1. Pendahuluan[Kembali]
Ketersediaan air merupakan faktor utama dalam keberhasilan sistem pertanian, khususnya pada lahan sawah yang membutuhkan suplai air secara teratur. Pada musim kemarau, petani sering mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan irigasi karena pasokan air berkurang. Sebaliknya, pada musim dengan curah hujan tidak menentu, petani sulit menentukan kapan waktu yang tepat untuk mengairi sawah, sehingga rentan terjadi pemborosan air atau kekurangan irigasi.
Untuk menjawab
tantangan tersebut, teknologi kontrol irigasi berbasis rangkaian elektronika
menjadi solusi yang efektif. Salah satu konsep yang dapat diterapkan adalah
pemanfaatan waterbank, yaitu tempat penampungan air yang dapat digunakan saat
suplai air alami tidak mencukupi. Namun, agar waterbank bekerja optimal,
diperlukan sistem yang mampu memantau kondisi air dan mengatur proses irigasi
secara akurat.
Dalam penelitian
ini, digunakan water level sensor sebagai pendeteksi ketinggian air di dalam
waterbank. Sensor ini memberikan notifikasi atau output ketika air telah
mencapai batas tertentu—misalnya sudah cukup atau sudah penuh—sehingga
menghindari kekosongan maupun luapan air. Di sisi lain, untuk proses pengaliran
air ke sawah, digunakan touch sensor sebagai pengendali pemicu (trigger). Touch
sensor memungkinkan pengguna mengaktifkan pengairan secara mudah hanya dengan
sentuhan.
Dengan integrasi
kedua sensor tersebut, sistem kontrol irigasi yang dirancang diharapkan mampu
bekerja lebih efisien, responsif, dan aman. Waterbank dapat dipantau kondisinya
secara otomatis, dan proses pengairan sawah dapat dipicu kapan saja dengan metode
yang praktis dan minim risiko kesalahan. Sistem ini diharapkan dapat membantu
petani menghadapi kondisi perubahan iklim, menghemat penggunaan air, serta
meningkatkan produktivitas pertanian.
2. Tujuan[Kembali]
- Mengembangkan solusi irigasi yang mampu menjaga ketersediaan air secara berkelanjutan dengan memantau kondisi waterbank secara otomatis.
- Mengurangi ketergantungan pada pengamatan manual dalam menentukan ketinggian air dan waktu pengairan.
- Meningkatkan kemudahan dan ketepatan proses pengairan sawah melalui sistem pemicu yang praktis dan cepat.
- Meningkatkan efisiensi penggunaan air melalui pengaturan irigasi yang lebih terkontrol, tepat waktu, dan sesuai kebutuhan lahan.
3. Alat dan Bahan [Kembali]
A. Alat
1. Breadboard
2. Kotak Plastik
3. Converter Step Down
4.
Jumper
5. Adapter
12V
B. Bahan
1.Water Level
Sensor
Water
level sensor digunakan untuk mendeteksi keberadaan atau ketinggian air pada
suatu permukaan. Ketika air menyentuh jalur konduktif pada sensor, nilai
resistansi akan berubah dan menghasilkan sinyal analog atau digital. Perubahan
ini dapat digunakan sebagai pemicu otomatisasi, seperti sistem peringatan
banjir, pendeteksi kebocoran air, atau kontrol pompa.
2. Sensor touch
Sensor
touch digunakan untuk mendeteksi sentuhan pada permukaannya. Ketika disentuh,
sensor akan mengubah kondisi keluarannya dari LOW ke HIGH (atau sebaliknya),
sehingga dapat berfungsi sebagai tombol sentuh otomatis tanpa komponen mekanik.
Sensor ini cocok digunakan pada sistem kontrol sederhana, panel sentuh, dan
perangkat otomatisasi yang membutuhkan input dari sentuhan manusia.
3. Operational
Amplifier tipe 393
LM393
adalah IC pembanding tegangan yang banyak digunakan, tersedia dalam paket Dip
8-pin, SO-8, dan lainnya. LM393 berisi dua penguat operasional pembanding
presisi tinggi independen yang dapat ditenagai dari satu atau dua catu daya.
Rentang
tegangan suplai yang lebar memungkinkannya digunakan dalam berbagai aplikasi.
Chip ini membutuhkan arus operasi yang rendah, yang sangat cocok untuk
peralatan portabel dan bertenaga baterai, dan sistem logika penggerak
keluarannya dapat digunakan dalam sirkuit digital. LM393 memiliki arus keluaran
maksimum 20 mA, cukup untuk menggerakkan transistor dan sistem logika.
Pin 1: Output 1, pin keluaran
penguat operasional 1
Pin 2: Input pembalik 1, pin input
pembalik dari op amp 1
Pin 3: Input non-pembalik 1, pin
input non-pembalik op amp 1
Pin 4: GND, Ground Ini adalah pin
ground IC dan perlu dihubungkan ke terminal negatif (-) dari tegangan suplai
Pin 5: Input pembalik 2, pin input
non-pembalik dari op amp 2
Pin 6: Input non-pembalik 2, pin
input pembalik op amp 2
Pin 7: Output 2, ini adalah pin
output dari op amp 2
Cara kerja
LM393
- Perbandingan Tegangan: IC ini membandingkan tegangan pada pin input
non-inverting (+) dan input inverting (−).
- Output LOW: Ketika tegangan pada input non-inverting (+) lebih
tinggi daripada tegangan pada input inverting (−), output akan menjadi
LOW, yang berarti terhubung langsung ke ground (0V).
- Output HIGH: Ketika tegangan pada input inverting (−) lebih tinggi
daripada tegangan pada input non-inverting (+), output akan menjadi HIGH.
- Open-Collector Output: LM393 memiliki output bertipe
open-collector, yang berarti IC ini hanya dapat menarik sinyal ke ground
(LOW) dan tidak dapat mendorongnya ke tegangan positif (HIGH).
- Resistor Pull-up: Untuk mendapatkan level logika HIGH yang valid,
output open-collector harus dihubungkan dengan resistor pull-up ke
tegangan catu daya positif.Pin 8: Pusat Kontrol Virtual Ini adalah pin
positif dari IC dan perlu dihubungkan ke terminal positif (+) dari
tegangan suplai
4. Transistor 2SD882
Transistor
D882, juga dikenal sebagai 2SD882, adalah transistor sambungan bipolar (BJT)
NPN berdaya sedang yang umum digunakan dalam aplikasi amplifikasi dan switching
untuk keperluan umum. Transistor ini dirancang dengan teknologi planar,
menawarkan kinerja yang andal dan kemampuan penanganan arus yang moderat.
Transistor ini memiliki tiga lapisan material semikonduktor dengan tiga
terminal—emitor, basis, dan kolektor. Transistor ini memberikan amplifikasi
arus yang efisien dengan rentang penguatan antara 60 dan 400, sehingga cocok
untuk sirkuit berdaya rendah. Selain itu, D882 dapat dipasang pada heatsink
melalui lubang sekrup pada paket SOT-32-nya, sehingga meningkatkan pembuangan
panasnya selama operasi.
Spesifikasi:
Karakteristik:
5.
Potensiometer
Potensiometer
(POT) adalah salah satu jenis Resistor yang Nilai Resistansinya dapat diatur
sesuai dengan kebutuhan Rangkaian Elektronika ataupun kebutuhan pemakainya.
Potensiometer merupakan Keluarga Resistor yang tergolong dalam Kategori
Variable Resistor. Secara struktur, Potensiometer terdiri dari 3 kaki Terminal
dengan sebuah shaft atau tuas yang berfungsi sebagai pengaturnya.
Sebuah
Potensiometer (POT) terdiri dari sebuah elemen resistif yang membentuk jalur
(track) dengan terminal di kedua ujungnya. Sedangkan terminal lainnya (biasanya
berada di tengah) adalah Penyapu (Wiper) yang dipergunakan untuk menentukan
pergerakan pada jalur elemen resistif (Resistive). Pergerakan Penyapu (Wiper)
pada Jalur Elemen Resistif inilah yang mengatur naik-turunnya Nilai Resistansi
sebuah Potensiometer. Elemen Resistif pada Potensiometer umumnya terbuat
dari bahan campuran Metal (logam) dan Keramik ataupun Bahan Karbon (Carbon).
Pin Out:
6. Resistor
Resistor
adalah komponen Elektronika Pasif yang memiliki nilai resistansi atau hambatan
tertentu yang berfungsi untuk membatasi dan mengatur arus listrik dalam suatu
rangkaian Elektronika (V=I R).
Jenis
Resistor yang digunakan disini adalah Fixed Resistor, dimana merupakan
resistor dengan nilai tetap terdiri dari film tipis karbon yang diendapkan
subtrat isolator kemudian dipotong berbentuk spiral. Keuntungan jenis fixed
resistor ini dapat menghasilkan resistor dengan toleransi yang lebih rendah.
Cara menghitung nilai resistor:
Tabel Warna
Contoh:
Gelang ke 1: Coklat = 1
Gelang ke 2: Hitam = 0
Gelang ke 3: Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau
kalikan 105
Gelang ke 4: Perak = Toleransi 10%
Maka nilai resistor tersebut adalah 10 * 10^5 = 1.000.000 Ohm atau 1 MOhm
dengan toleransi 10%.
7. Relay
Relay
adalah sebuah komponen elektronika yang berbentuk sakelar yang dioperasikan
dengan listrik, dilengkapi 2 bagian diantaranya elektromagnet (Coil) dan
mekanikal (Switch). Dimana komponen tersebut memanfaatkan prinsip
elektromagnetik untuk dapat menggerakkan sakelar sehingga dapat menghantarkan
arus listrik. Secara umum fungsi relay adalah sebagai komponen yang dapat
mengubah arus listrik kecil menjadi aliran yang lebih besar lagi dengan
memanfaatkan tenaga elektromagnetik
Cara Kerja:
Cara
kerja relay adalah ketika kumparan elektromagnetik yang ada di dalamnya
terdapat sebuah feromagnetis yang mendapatkan aliran listrik. Dengan demikian
secara otomatis akan muncul sebuah medan magnet yang sifatnya sementara namun
selalu ada.
Yang mana magnet tersebut akan
menarik tuas armature sehingga dapat merubah posisi dari kontak switch yang
awalnya dari NC (Normally Closed) berubah menjadi NO ( Normally Open).
NO
(Normally Open) adalah sebuah kondisi yang mana relay belum mendapatkan adanya
tekanan dan tuas berada di posisi normal. Sedangkan NC ( Normally Closed)
adalah kondisi dimana relay sudah mendapatkan adanya tegangan dengan posisi
tuas menarik dan kontak tertutup.
4. Dasar Teori [Kembali]
A. Water Level
Sensor
Secara
umum, sensor water level bekerja dengan mendeteksi keberadaan air berdasarkan
daya hantar listrik (konduktivitas). Air, terutama air yang mengandung mineral,
dapat menghantarkan arus listrik. Ketika air menyentuh elektroda sensor, arus
kecil akan mengalir di antara terminal sensor. Arus ini kemudian menghasilkan
tegangan keluaran yang dapat diolah untuk menentukan posisi ketinggian air.
Dalam
sistem kontrol tangki air, sensor ini biasanya memiliki beberapa titik deteksi
(low, medium, dan high).
- Titik low mendeteksi jika air sudah berada di batas bawah,
menandakan pompa harus dinyalakan.
- Titik high mendeteksi jika air sudah mencapai batas atas,
menandakan pompa harus dimatikan.
- Tegangan dari masing-masing titik sensor dibandingkan dengan nilai
referensi oleh op-amp. Ketika perbandingan menunjukkan bahwa air telah
mencapai batas tertentu, op-amp akan mengaktifkan atau menonaktifkan
Spesifikasi
Sensor Water Level
- Tegangan kerja 3,3–5 V DC.
- Arus kerja sekitar 10–20 mA.
- Keluaran berupa sinyal analog atau digital.
- Rentang deteksi 0–40 mm atau lebih tergantung
tipe.
- Bahan tahan air dan korosi.
- Suhu kerja 0–80°C.
- Akurasi ±2–5 mm.
- Memiliki tiga pin: VCC, GND, dan OUT.
- Dapat digunakan dengan mikrokontroler seperti
Arduino atau PLC.
Karakteristik
Sensor Water Level
- Mendeteksi dan mengukur ketinggian air dalam
wadah atau tangki.
- Bekerja berdasarkan perubahan konduktivitas,
tekanan, atau jarak permukaan air.
- Memiliki beberapa jenis seperti pelampung,
ultrasonik, kapasitif, dan konduktif.
- Menghasilkan sinyal analog atau digital untuk
sistem kontrol.
- Memiliki akurasi dan sensitivitas tinggi terhadap
perubahan level air.
- Terbuat dari bahan tahan air dan korosi.
- Digunakan pada sistem otomatis seperti tangki
air, inkubator, dan irigasi.
B. Sensor touch
Sensor
touch digunakan untuk mendeteksi sentuhan pada permukaannya. Ketika disentuh,
sensor akan mengubah kondisi keluarannya dari LOW ke HIGH (atau sebaliknya),
sehingga dapat berfungsi sebagai tombol sentuh otomatis tanpa komponen mekanik.
Sensor ini cocok digunakan pada sistem kontrol sederhana, panel sentuh, dan
perangkat otomatisasi yang membutuhkan input dari sentuhan manusia.
C. Transistor BC547
Transistor
adalah sebuah komponen di dalam elektronika yang diciptakan dari bahan-bahan
semikonduktor dan memiliki tiga buah kaki. Masing-masing kaki disebut sebagai
basis, kolektor, dan emitor.
- Emitor (E) memiliki fungsi untuk menghasilkan elektron atau muatan
negatif.
- Kolektor (C) berperan sebagai saluran bagi muatan negatif untuk
keluar dari dalam transistor.
- Basis (B) berguna untuk mengatur arah gerak muatan negatif yang
keluar dari transistor melalui kolektor.
Transistor Bipolar terdiri dari dua
jenis yaitu Transistor NPN dan Transistor PNP.
- Transistor NPN adalah transistor bipolar yang
menggunakan arus listrik kecil dan tegangan positif pada terminal Basis
untuk mengendalikan aliran arus dan tegangan yang lebih besar dari
Kolektor ke Emitor.
- Transistor PNP adalah transistor bipolar yang
menggunakan arus listrik kecil dan tegangan negatif pada terminal Basis
untuk mengendalikan aliran arus dan tegangan yang lebih besar dari Emitor
ke Kolektor.
Rumus:
Konfigurasi
transistor bipolar:
Cara mengukur transistor bipolar
Karakteristik
input
Transistor
adalah komponen aktif yang menggunakan aliran electron sebagai prinsip kerjanya
didalam bahan. Sebuah transistor memiliki tiga daerah doped yaitu daerah
emitter, daerah basis dan daerah disebut kolektor. Transistor ada dua jenis
yaitu NPN dan PNP. Transistor memiliki dua sambungan: satu antara emitter dan
basis, dan yang lain antara kolektor dan basis. Karena itu, sebuah transistor
seperti dua buah dioda yang saling bertolak belakang yaitu dioda emitter-basis,
atau disingkat dengan emitter dioda dan dioda kolektor-basis, atau disingkat
dengan dioda kolektor.
Bagian
emitter-basis dari transistor merupakan dioda, maka apabila dioda emitter-basis
dibias maju maka kita mengharapkan akan melihat grafik arus terhadap tegangan
dioda biasa. Saat tegangan dioda emitter-basis lebih kecil dari potensial
barriernya, maka arus basis (Ib) akan kecil. Ketika tegangan dioda melebihi
potensial barriernya, arus basis (Ib) akan naik secara cepat.
Karakteristik
output
Sebuah
transistor memiliki empat daerah operasi yang berbeda yaitu daerah aktif,
daerah saturasi, daerah cutoff, dan daerah breakdown. Jika transistor digunakan
sebagai penguat, transistor bekerja pada daerah aktif. Jika transistor
digunakan pada rangkaian digital, transistor biasanya beroperasi pada daerah
saturasi dan cutoff. Daerah breakdown biasanya dihindari karena resiko
transistor menjadi hancur terlalu besar.
Gelombang I/O
Transistor
D. OP-AMP
Penguat
operasional atau yang dikenal sebagai Op-Amp merupakan suatu rangkaian
terintegrasi atau IC yang memiliki fungsi sebagai penguat sinyal, dengan
beberapa konfigurasi. Secara ideal Op-Amp memiliki impedansi masukan dan
penguatan yang tak berhingga serta impedansi keluaran sama dengan nol. Dalam
prakteknya, Op-Amp memiliki impedansi masukan dan penguatan yang besar serta
impedansi keluaran yang kecil.
Op-Amp memiliki beberapa
karakteristik, di antaranya:
a. Penguat tegangan tak berhingga
(AV = ∼)
b. Impedansi input tak berhingga
(rin = ∼)
c. Impedansi output nol (ro = 0) d.
Bandwidth tak berhingga (BW = ∼)
d. Tegangan offset nol pada tegangan
input (Eo = 0 untuk Ein = 0)
Rangkaian dasar
Op-Amp
1. Detektor
Non-Inverting
Detektor
non-inverting adalah rangkaian penguat operasional (op-amp) yang digunakan
untuk mendeteksi dan memperkuat sinyal input tanpa membalik fasa sinyal
tersebut. Artinya, polaritas sinyal keluaran tetap sama dengan sinyal masukan,
tidak mengalami pembalikan seperti pada konfigurasi inverting.
Dalam
konfigurasi ini, sinyal masukan diberikan ke terminal non-inverting (+) op-amp,
sedangkan terminal inverting (–) digunakan sebagai umpan balik (feedback).
Rangkaian ini mampu memperkuat sinyal kecil menjadi lebih besar dengan gain
positif, sehingga sering digunakan pada sensor, detektor sinyal, dan sistem
penguat otomatis.
Gelombang Input
dan Output
Fungsi Detektor
Non Inverting
Detektor
non-inverting berfungsi untuk memperkuat sinyal input tanpa mengubah polaritas
atau fasa sinyal tersebut. Rangkaian ini digunakan untuk mendeteksi perubahan
tegangan dari sensor atau sumber sinyal lain dengan cepat dan akurat. Karena
memiliki impedansi input yang tinggi dan output yang searah dengan input,
detektor non-inverting mampu menjaga kestabilan serta keaslian bentuk sinyal.
Komponen ini banyak diterapkan dalam sistem sensor dan kontrol otomatis sebagai
penguat deteksi yang mengaktifkan aktuator berdasarkan perubahan sinyal
masukan.
Prinsip Kerja
Prinsip
kerja detektor non-inverting adalah ketika sinyal input diberikan ke terminal
non-inverting (+) pada op-amp, tegangan output akan mengikuti perubahan sinyal
input tanpa membalik polaritasnya. Jika tegangan input melebihi tegangan
referensi pada terminal inverting (–), maka output akan berubah ke tegangan
maksimum positif, dan sebaliknya jika lebih rendah, output menjadi tegangan
minimum (negatif). Proses ini memungkinkan detektor mengenali dan memperkuat
perubahan sinyal input dengan cepat tanpa pembalikan fasa, sehingga sering
digunakan dalam sistem pendeteksi level atau pembanding tegangan.
Kurva
Karakteristik I/O
2. Detektor
Inverting
Detektor
inverting adalah rangkaian elektronika yang menggunakan konfigurasi op-amp
dengan sinyal input dimasukkan ke terminal inverting (–), sedangkan terminal
non-inverting (+) dihubungkan ke tegangan referensi. Rangkaian ini berfungsi
untuk mendeteksi perubahan sinyal masukan dengan menghasilkan keluaran yang
berlawanan fasa (terbalik polaritasnya) terhadap sinyal input. Artinya, ketika
tegangan input meningkat, output justru menurun, dan sebaliknya. Detektor
inverting banyak digunakan dalam sistem kontrol dan penguat sinyal untuk
menghasilkan respon kebalikan dari sinyal masukan.
Prinsip Kerja:
Prinsip
kerja detektor inverting yaitu ketika sinyal input diberikan pada terminal
inverting (–) op-amp, maka output akan berubah dengan polaritas berlawanan
terhadap sinyal masukan. Jika tegangan input lebih besar dari tegangan
referensi pada terminal non-inverting (+), output akan menjadi negatif
(−V_sat), sedangkan jika tegangan input lebih kecil, output berubah menjadi
positif (+V_sat). Dengan demikian, detektor inverting bekerja dengan membalik
fasa sinyal masukan dan menghasilkan keluaran yang menunjukkan kondisi
perbandingan antara tegangan input dan referensi.
Bentuk
Gelombang Input/Output
Karakteristik
I/O
Komentar
Posting Komentar