Chapter 12
Power
amplifier adalah jenis amplifier yang dirancang khusus untuk menguatkan daya
sinyal sehingga mampu menggerakkan beban dengan impedansi rendah, seperti
speaker, dengan output daya yang besar. Berbeda dengan amplifier sinyal kecil
yang hanya menguatkan tegangan atau arus sinyal lemah, power amplifier bertugas
menyediakan daya yang cukup agar sinyal dapat digunakan secara efektif pada
aplikasi nyata.
Menurut
Boylestad dan Nashelsky, power amplifier harus memenuhi dua karakteristik
utama, yaitu daya keluaran yang besar dan efisiensi yang tinggi, karena
amplifier ini mengambil daya dari sumber DC dan mengubahnya menjadi daya sinyal
keluaran. Efisiensi menjadi parameter penting karena sebagian daya dari sumber
akan hilang sebagai panas akibat disipasi internal.
Power
amplifier diklasifikasikan berdasarkan sudut konduksi transistor penguatnya
selama siklus sinyal, seperti kelas A, B, AB, dan C, yang masing-masing
memiliki karakteristik efisiensi, linearitas, dan distorsi yang berbeda. Kelas
A misalnya, memiliki linearitas terbaik tetapi efisiensi rendah, sementara
kelas B dan AB menawarkan efisiensi lebih baik dengan kompromi pada distorsi.
Dalam aplikasinya, power amplifier banyak digunakan pada sistem audio, komunikasi, dan penguat daya RF. Pemahaman mendalam tentang prinsip kerja, karakteristik, dan tipe-tipe power amplifier sangat penting untuk merancang sistem penguatan yang optimal dan sesuai kebutuhan.
Memahami prinsip
kerja penguatan daya sinyal listrik.
Meningkatkan
kualitas suara dalam sistem audio.
Mengoptimalkan
efisiensi dan distribusi daya pada perangkat penguat.
Menerapkan
teknologi power amplifier dalam berbagai aplikasi elektronik.
Mengembangkan
kemampuan merancang dan memperbaiki sistem audio.
Memahami karakteristik dan klasifikasi power amplifier berdasarkan kelas operasinya.
Alat
Software Proteus
Bahan
1. Voltmeter
Alat
ukur untuk mengukur besar Tegangan dalam satuan Volt
2. DC Voltage
Komponen
yang menyediakan tegangan tetap antara dua terminal: terminal positif (+) dan
terminal negatif (–). Sumber ini digunakan untuk memberikan energi listrik ke
rangkaian, dan nilainya bisa berupa tegangan tetap (seperti baterai 5V atau
12V) atau variabel, tergantung konfigurasi rangkaian.
3. Ground
Ground
adalah titik kembalinya arus searah atau titik kembalinya sinyal bolak
balik atau titik patokan dari berbagai titik tegangan dan sinyal listrik dalam
rangkaian elektronika.
4. Resistor
Fungsi utama dari resistor
adalah membatasi aliran arus. Resistor dapat menahan arus dan memperkecil
besar arus. Besar resistansi (kemampuan menahan arus) resistor disesuaikan
dengan kebutuhan perangkat elektronika.
Cara
Menghitung Nilai Resistor
5. Op Amp
Op-amp (operational amplifier) adalah
komponen elektronik aktif yang berfungsi untuk memperkuat perbedaan tegangan
antara dua inputnya (input inverting dan non-inverting).
6.
Transistors
Transistor adalah komponen elektronik yang
berfungsi sebagai saklar atau penguat sinyal. Transistor
memiliki tiga kaki: basis (B), kolektor (C), dan emitor (E).
Dengan mengatur arus kecil di basis, transistor bisa mengendalikan arus yang
lebih besar antara kolektor dan emitor.
7. Baterai
Baterai
adalah suatu bahan yang dapat mengubah energi kimia menjadi energi listrik yang
dapat digunakan oleh alat-alat elektronika.
Fig 12.25 Class C and Class D
Amplifier
Class C amplifier merupakan jenis
amplifier daya di mana transistor penguat hanya konduksi selama sebagian kecil
siklus sinyal input, biasanya kurang dari 180 derajat. Hal ini menyebabkan
transistor bekerja dalam mode penguatan pulsasi yang sangat singkat, sehingga
efisiensi power amplifier ini sangat tinggi, dapat mencapai 70 hingga 80 persen
atau lebih. Namun, karena transistor hanya aktif sebagian waktu, sinyal output
yang dihasilkan bersifat tidak linier dan berbentuk pulsa. Oleh karena itu,
Class C amplifier biasanya digunakan pada aplikasi frekuensi tinggi seperti
penguat radio frekuensi (RF amplifier) yang memerlukan daya besar tetapi
toleran terhadap distorsi. Untuk menghasilkan sinyal output yang bersih dan
sinusoidal, rangkaian resonansi atau tank circuit biasanya dipasang pada output
amplifier ini guna mengubah pulsa menjadi gelombang sinus.
Sementara
itu, Class D amplifier bekerja dengan prinsip switching, di mana transistor
penguat beroperasi secara digital dalam keadaan ON (saturasi penuh) atau OFF
(cut-off), sehingga hampir tidak ada daya yang hilang dalam bentuk panas.
Efisiensi amplifier jenis ini sangat tinggi, sering kali melebihi 90 persen.
Output dari Class D amplifier berupa sinyal pulsa lebar (pulse width
modulation/PWM) yang kemudian difilter menggunakan filter low-pass untuk
mendapatkan sinyal analog yang bersih. Karena efisiensi tinggi dan ukuran yang
relatif kecil, Class D amplifier sangat populer dalam aplikasi audio modern,
terutama pada sistem audio portabel dan perangkat dengan kebutuhan daya tinggi
namun konsumsi daya rendah. Dengan mengubah lebar pulsa PWM, sinyal analog dapat
direpresentasikan secara efektif, sehingga transistor hanya beroperasi sebagai
saklar penuh yang meminimalkan rugi-rugi daya.
Secara
umum, perbedaan utama antara Class C dan Class D amplifier terletak pada cara
transistor beroperasi dan aplikasi penggunaannya. Class C amplifier memiliki
sudut konduksi yang sangat kecil dan digunakan terutama pada penguatan sinyal
frekuensi tinggi, sedangkan Class D amplifier menggunakan teknik switching
penuh dengan efisiensi sangat tinggi dan cocok untuk penguatan sinyal audio
dengan kualitas tinggi setelah proses filtering. Pemahaman tentang
karakteristik dan prinsip kerja kedua jenis amplifier ini sangat penting dalam
merancang sistem penguatan daya yang efisien dan sesuai dengan kebutuhan
aplikasi spesifik.
Fig 12. 28 Series-Fed Class A
Amplifier
Series-Fed
Class A Amplifier adalah konfigurasi power amplifier di mana beban (biasanya
resistor) dihubungkan secara seri dengan transistor penguat dan sumber tegangan
catu daya (VCC). Pada amplifier kelas A, transistor selalu berada dalam kondisi
aktif (konduksi penuh) sepanjang siklus sinyal input, sehingga arus kolektor
mengalir terus-menerus, bahkan saat tidak ada sinyal input. Titik kerja
(Q-point) transistor ditempatkan di tengah garis beban DC agar dapat
menghasilkan sinyal output yang linier dan meminimalkan distorsi.
Dalam
konfigurasi series-fed, arus yang mengalir melalui beban juga merupakan arus
kolektor transistor. Tegangan output diambil pada beban seri tersebut, sehingga
perubahan arus transistor menghasilkan perubahan tegangan output. Analisis DC
dapat dilakukan dengan menggunakan hukum Kirchhoff pada loop output,
menghasilkan hubungan antara tegangan catu daya (VCC), arus kolektor (IC), dan
tegangan kolektor-emitor (VCE).
Salah satu karakteristik penting dari Series-Fed Class A Amplifier adalah efisiensi daya maksimum yang relatif rendah, yaitu sekitar 25%. Efisiensi ini dihitung dari perbandingan daya output AC yang disalurkan ke beban dengan daya DC yang diserap dari sumber tegangan. Efisiensi rendah ini disebabkan oleh fakta bahwa transistor terus menerus mengalirkan arus, sehingga banyak daya yang hilang sebagai panas. Meskipun demikian, amplifier kelas A ini memiliki keunggulan dalam hal linearitas dan kualitas sinyal output yang baik, sehingga sering digunakan dalam aplikasi audio yang menuntut reproduksi suara berkualitas tinggi.
Fig. 12.25
Rangkaian pada gambar terdiri dari sebuah transistor, induktor (L), kapasitor (C), Radio Frequency Choke (RFC), sumber tegangan bias negatif (-VBB), dan sumber tegangan catu daya positif (+VCC)
1. Pemberian Bias Negatif
Basis transistor dihubungkan ke -VBB melalui RFC, sehingga transistor mendapat bias negatif. Bias negatif ini membuat transistor hanya konduksi (menyalurkan arus) saat sinyal input Vi cukup besar untuk mengatasi bias tersebut. Akibatnya, transistor hanya aktif selama sebagian kecil siklus sinyal input (kurang dari 180°).
2. Pulsa Arus Kolektor
Ketika Vi melebihi ambang bias negatif, transistor konduksi dan arus kolektor mengalir dari +VCC melalui L, transistor, ke ground. Arus yang mengalir ini berbentuk pulsa-pulsa singkat pada setiap puncak siklus input.
3. Peran Induktor (L) dan Kapasitor (C)
Induktor (L) dan kapasitor (C) membentuk rangkaian resonansi (tank circuit). Pulsa arus dari transistor mengisi rangkaian LC, yang kemudian berosilasi pada frekuensi resonansinya. Rangkaian LC ini mengubah pulsa arus menjadi gelombang sinusoidal pada output (VO)
4. Peran RFC (Radio Frequency Choke)
RFC mencegah sinyal AC masuk ke sumber bias -VBB, hanya membiarkan arus DC lewat ke basis transistor.
5. Efisiensi Tinggi
Karena transistor hanya aktif dalam waktu singkat, rugi daya sangat kecil sehingga efisiensi rangkaian sangat tinggi (bisa lebih dari 70%).
6. Aplikasi
Rangkaian ini sangat cocok untuk penguat daya frekuensi tinggi (RF amplifier), seperti pada pemancar radio.
Kesimpulan:
Transistor pada rangkaian Class C amplifier hanya konduksi pada puncak sinyal input, menghasilkan pulsa arus kolektor yang kemudian diubah oleh rangkaian LC menjadi gelombang sinusoidal pada output. Efisiensi tinggi dicapai karena transistor hanya aktif sesaat dalam satu siklus.
Fig. 12.28
Rangkaian pada gambar adalah contoh Series-Fed Class A Amplifier berbasis transistor bipolar (Q2N3904). Rangkaian ini terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu sumber tegangan DC (VCC), resistor basis (RB), resistor kolektor (RC), kapasitor kopling (C1), dan sumber sinyal input.
Pemberian Tegangan Bias dan Titik Kerja
Sumber tegangan VCC (22V) memberikan suplai utama ke rangkaian.
Resistor basis (RB = 20 kΩ) mengalirkan arus bias ke basis transistor, memastikan transistor berada dalam daerah aktif.
Resistor kolektor (RC = 814Ω) dihubungkan seri antara kolektor transistor dan VCC.
Dengan pengaturan bias ini, titik kerja (Q-point) transistor ditempatkan di tengah garis beban DC, sehingga transistor selalu konduksi sepanjang siklus input.
Penguatan Sinyal Input
Sinyal input AC diberikan melalui kapasitor kopling (C1, 10μF) ke basis transistor.
Kapasitor kopling berfungsi untuk memblokir komponen DC dari sumber sinyal, sehingga hanya sinyal AC yang masuk ke basis transistor.
Penguatan dan Output
Ketika sinyal input diberikan, arus basis transistor berubah-ubah mengikuti sinyal input.
Perubahan arus basis menyebabkan perubahan arus kolektor (karena IC ≈ 𝛽IB).
Perubahan arus kolektor ini menghasilkan perubahan tegangan pada resistor kolektor (RC).
Tegangan output (VO) diambil dari kolektor transistor terhadap ground. Output ini merupakan sinyal yang diperkuat dari sinyal input.
Karakteristik Kerja
Transistor selalu dalam keadaan aktif selama siklus input, sehingga seluruh bentuk gelombang input dapat diperkuat secara linier. Rangkaian ini menghasilkan output yang linier dan distorsi sangat rendah, cocok untuk aplikasi audio. Namun, efisiensi daya rendah karena arus kolektor tetap mengalir walaupun tidak ada sinyal input, sehingga banyak daya hilang sebagai panas.
Peran Masing-Masing Komponen
VCC: Sumber tegangan utama untuk kolektor.
RB: Mengatur arus bias ke basis transistor.
RC: Tempat jatuh tegangan output, juga menentukan penguatan.
C1: Kopling sinyal AC ke basis, memblokir DC.
Q2N3904: Transistor sebagai elemen penguat utama.
Amplifier kelas A adalah jenis amplifier yang paling sederhana dan umum digunakan, dengan transistor yang menghantarkan arus selama seluruh siklus sinyal input (360°). Titik kerja transistor berada di tengah garis beban DC agar sinyal dapat diperkuat secara penuh dengan linearitas tinggi dan distorsi rendah. Namun, efisiensi amplifier kelas A relatif rendah, hanya sekitar 25% hingga 50%, karena transistor harus selalu aktif sehingga menghasilkan panas yang cukup besar.
Amplifier ini sangat cocok untuk aplikasi audio yang mengutamakan kualitas suara tinggi meskipun kurang efisien dalam penggunaan daya. Sebaliknya, amplifier kelas C hanya menghantarkan arus kurang dari 180°, dengan titik kerja di bawah cutoff, sehingga transistor aktif hanya sebagian kecil siklus sinyal. Hal ini membuat efisiensinya sangat tinggi, mencapai sekitar 90%, namun menghasilkan distorsi yang tinggi jika tidak menggunakan rangkaian resonansi LC untuk membentuk sinyal output menjadi gelombang sinus yang baik. Oleh karena itu, amplifier kelas C banyak digunakan pada pemancar frekuensi radio dan komunikasi.
Sementara itu, amplifier kelas D bekerja dengan prinsip modulasi pulsa seperti PWM, di mana transistor beroperasi sebagai saklar ON/OFF sehingga efisiensinya sangat tinggi, bisa mencapai lebih dari 90%. Sinyal analog diubah menjadi pulsa digital terlebih dahulu, kemudian melalui filter low-pass untuk menghasilkan sinyal output yang halus. Keunggulan amplifier kelas D adalah efisiensi daya yang tinggi, ukuran yang kecil, konsumsi daya rendah, dan panas yang minimal, sehingga banyak digunakan pada perangkat audio modern seperti speaker aktif dan sound system lapangan. Namun, kualitas suara kelas D cenderung kurang jernih untuk frekuensi menengah dan tinggi, sehingga lebih cocok untuk menggerakkan subwoofer atau aplikasi audio berdaya besar dengan efisiensi tinggi.
Secara umum, amplifier kelas A unggul dalam kualitas suara dan linearitas, kelas C unggul dalam efisiensi untuk aplikasi frekuensi tinggi, dan kelas D menawarkan efisiensi tinggi serta desain kompak untuk aplikasi audio digital masa kini
Example
Amplifier kelas C biasanya digunakan pada aplikasi frekuensi tinggi dan RF karena efisiensinya yang tinggi walaupun dengan distorsi yang cukup besar. Contoh penggunaannya antara lain:
- Pemancar radio FM dan AM
- Penguat frekuensi pilot pada tuner radio
- Osilator frekuensi radio (RF oscillator)
- Penguat sinyal pada pemancar TV
- Rangkaian penguat pada komunikasi nirkabel dan radar
Amplifier kelas D banyak digunakan dalam aplikasi audio modern dan perangkat yang membutuhkan efisiensi tinggi dengan ukuran kecil. Contoh aplikasinya adalah:
- Amplifier audio pada speaker aktif dan sound system portabel
- Subwoofer aktif untuk sistem audio mobil dan home theater
- Penguat daya pada headphone wireless
- Sistem audio pada perangkat elektronik portabel seperti smartphone dan tablet
- Penguat daya digital untuk aplikasi industri dan komunikasi
Soal Pilihan Ganda
1. Pada Class D amplifier, transistor beroperasi sebagai:
A. Penguat linier
B. Saklar ON/OFF
C. Resistor variabel
D. Kapasitor
Jawaban: B
2. Filter yang digunakan pada output Class D amplifier adalah:
A. High-pass filter
B. Band-pass filter
C. Low-pass filter
D. Notch filter
Jawaban: C
3. Efisiensi Class D amplifier biasanya:
A. Dibawah 50%
B. Sekitar 60%
C. Lebih dari 90%
D. 100%
Jawaban: C
4. Salah satu sumber distorsi pada Class D amplifier adalah:
A. Tegangan catu terlalu tinggi
B. Switching time yang lama
C. Arus basis kecil
D. Kapasitor kopling rusak
Jawaban: B
5. Frekuensi switching Class D amplifier biasanya berada pada rentang:
A. 20 Hz – 20 kHz
B. 100 kHz – 1 MHz
C. 1 MHz – 10 MHz
D. 10 MHz – 100 MHz
Jawaban: B
Komentar
Posting Komentar